Pembagian Ranah taksonomi bloom
Dalam
sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat bahwa pada kurun waktu
tahun empat puluhan , beberapa orang pakar pendidikan amerika serikat yaitu
Benjamin s.Bloom dkk. Mengembangkan
suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut dengan taxonomy.
Ide membuat taksonomi muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul
mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan yang pada akhirnya melahirkan
sebuah karya yang berjudul “ taxonomy of educational objective (1956)”.
Dalam
karya tersebut Benjamin S Bloom dkk. Berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan
) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga (3) jenis domain
(ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu :
·
Ranah proses berfikir ( cognitive domain
)
·
Ranah nilai dan sikap ( affective domain
)
·
Ranah keterampilan ( psychomotor domain )
Dalam konteks evaluasi hasil belajar maka,
ketiga domain itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan
evaluasi .
2.1
Ranah / domain kognitif
Ranah ini mecncakup kegiatan mental
otak. Menurut bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah ini. Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berfikir , mulai dari
jenjang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yaitu sebagai berikut :
1.
Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip
dasar, dsb. Sebagai contoh ketika seorang peserta didik disuruh untuk membahas
mengenai lingkaran maka ia dapat menjelaskan mengenai tentang definisi, bagian-
bagiannya dengan baik dan benar.
2.
Pemahaman ( comprehension ) / C – 2
Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman tersebut diperoleh
dari mengetahui seperti: definisi,informasi, peristiwa, dan fakta yang kemudian
disusun kembali dengan struktur kognitif yang ada.
3. Penerapan
(application ) / C – 3
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori,prinsip dsb di dalamberbagai
situasi. Sebagai contoh, peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Analisis ( analysis ) / C – 4
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan
mampu memilah-milah materi matematika ,dan kemudian membanding-bandingkan tingkat kesulitan materi,
dan menggolongkan setiap materi sesuai dengan tingkat kesulitannya.
5.
Sintesis ( Synthesis ) / C – 5
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat
sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, peserta
didik mampu membuat sebuah karya/karangan dan dalam karangan tersebut peserta
didik mampu mengemukakan secara jelas tentang karangan yang dibuatnya.
6.
Penilaian ( Evaluation ) / C – 6
Penilaian merupakan kemampuan seseorang untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat
menimbang-nimbang tentang manfaat yang akan peroleh dari perilaku disiplin dan
mampu menunjukan akibat negative dari perilaku malas.
2.2
Ranah / Domain Afektif
Ranah
ini pada mula-mula dikembangkan oleh David R. Krathwohl dkk (1974). Ranah
afektif adalah ranah / kawasan yang berkaitan dengan dengan aspek – aspek
emosional seperti perasaan , minat, nilai dan sikap serta kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Ciri – ciri dari hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti : perhatian peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran matematika, kemudian memiliki dorongan yang kuat
dalam mengikuti pelajaran tersebut serta mempunyai rasa hormat terhadap guru
yang mengajar matematika tersebut.
Pada
ranah afektif ini David R. Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membagi secara rinci mejadi 5 jenjang
yaitu sebagai berikut :
1)
Penerimaan (receiving/attending)
Receiving
adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan/stimulus dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,situasi dan lain – lain. Receiving
ini juga sering kali diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu
kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka
bersedia menerima nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka dan mereka besedia untuk memfokuskan perhatian pada
saja objek yang diajarkan. Sebagai contoh : peserta didik menyadari bahwa
perbuatan menyontek itu tidak baik sehingga harus mereka tinggalkan.
2)
Sambutan (Responding)
Sambutan
ini mengandung arti adanya partisipasi aktif, jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Sebagai contoh
dari jenjang responding ini salah satunya yaitu timbulnya keinginan untuk
mempelajari lebih dalam lagi materi matematika misalnya tentang turunan dll.
3)
Penilaian (valuing)
Valuing
disini artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau objek sehingga apabila hal tersebut tidak dikerjakan dirasakan
akan membawa kerugian bagi dirinya. Dalam kaitannya dengan proses
belajar-mengajar ,peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan saja tetapi ia juga mampu menilai konsep atau fenomena yaitu “baik
atau buruk “ bila suatu ajaran gtelah mampu mereka nilai “itu adalah baik” maka
ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian dan kemudian
nilai tersebut akan diingat dalam dirinya.
4)
Pengorganisasian (organization)
Organization
disini artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
lebih universal yang membawa kepada perbaikan umum. Mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai kedalam satu system organisasi, termasuk didalamnya
hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Sebagai contoh dari hasil belajar
jenjang ini adalah misalnya seorang peserta menyukai materi matematika tentang
bangun ruang maka ia akan menempatkan materi bangun ruang tersebut pada
tingkatan yang amat penting kemudian baru menyusul materi lain yang ia rasakan
agak penting dan seterusnya.
5)
Karakterisasi ( characterization)
Karakterisasi
yaitu keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya, disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalam suatu hierarkhi nilai. Jika panda tahap pengorganisasian system
nilai sudah dapat disusun maka susunan tersebut belum konsisten artinya masih
dapat berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi maka, pada tahap ini nilai
tersebut sudah tertanam secara konsisten pada system dan telah mempengaruhi
emosinya. Sebagai contoh dari hasil belajar tahap ini adalah peserta didik telah
memiliki kebulatan tekat yang kuat untuk menjadikan matematika sebagai mata
pelajaran yang akan ditekuninya untuk meningkatkan pendidikan diindonesia.
2.3
Ranah Psikomotor
Ranah
psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan yang melibatkan fungsi
system syaraf dan otot serta fungsi psikis. Kawasan / ranah terdiri dari :
1)
Kesiapan ( set )
Kesiapan
ini berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan
tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan
alat, menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.
2)
Peniruan ( imitation )
Meniru
adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamati walaupun
belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Sebagai Contoh : seorang
anak yang meniru bahasa tanpa mengetahui arti yang ditirunya.
3)
Membiasakan ( habitual )
Membiasakan
adalah seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh
sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.
4)
Menyesuaikan ( adaptation )
Menyesuaikan
yaitu seseorang dapat melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau
situasi tempat ketrampilan itu dilaksanakan.
5)
Menciptakan ( origination )
Dalam
hal ini seseorang sudah mampu menciptakan suatu karya dengan kemampuannya atau
keterampilannya sendiri.
sumber referensi :
sumber referensi :
2. Prof.drs.
Sudijono Anas ,2007. pengantar evaluasi
pendidikan, Jakarta:PT rajagrafindo persada.
3. http://id.wikipedia.org/wiki/ Taksonomi_Bloom.html
0 komentar:
Posting Komentar