Selasa, 17 April 2012

Teknik pemeriksaan dan pemberian skor hasil belajar

Teknik Pemeriksaan Hasil tes Hasil Belajar
Dalam teknik pemeriksaan hasil belajar siswa dibagi menjadi dua (2) yaitu :
1.   Teknik pemeriksaan hasil tes tertulis
            Sebagai mana telah dibahas dalam materi sebelumnya bahwa tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk tes hasil itu memiliki karakteristik yang berbeda.
a.       Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian
           Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci jawaban ini digunakan sebagai pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap tes hasil tes uraian dengan cara membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan kunci jawaban yang dibuat oleh tester.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil – hasil tes hasil tes urain ini terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
v  Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes hasil belajar
               Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan pada standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
·      Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci jawaban yang sudah dibuat.
·      Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut, tester dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban teste tersebut.
·      Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.
v  Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relative
      Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan niali didasarkan pada standar relative maka prosedur pemeriksaannya sebagai berikut :
·      Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan oleh selurus teste sehingga diperoleh gambaran maka dapat diketahui mana teste yang lengkap,kurang lengkap dan tidak tepat sama sekali.
·      Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban yang tepat diberi skor 5, kurang tepat 3.
·      Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat dilakukan penjumlahan skor yang nantinya dijadikan bahan untuk mengolah nilai.
b.      Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk objektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu  sebagai berikut :
1)      Kunci berdampingan ( strip keys )
            Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa  kemudian cocokanlah dengan lembar jawaban yang diberikan oleh tested an apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila salah diberi tanda ( - ).
2)      Kunci system karbon ( carbon system key )
              Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanfda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar  jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
3)      Kunci system tusukan ( panprick system key )
             Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban teste berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4)      Kunci berjendela ( window key )
            Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a)      Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
b)      Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c)      Lembar jawaban teste diletakan dibawah  kunci berjendela
d)     Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.
2.      Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes lisan
         Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing mempunyai cirri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif.
         Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :
a)      Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
       Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah memenuhi semua unsure yang seharusnya ada dan sesuai dengan pedoman/ kunci jawanban yang telah disusun oleh tester
b)      Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
       Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee itu cukup lancer sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya
c)      Kebenaran jawaban yang dikemukakan
       Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.
d)     Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
      Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu merupakan salah satu indicator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya tersebut.
         Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsure lain yang dirasa perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi penguji ( tester )
3.      Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes perbuatan
        Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil – hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan observasi ( pengamatan ). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.
        Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang melaksanakan praktek mengajar, aspek – aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan skor minimum 1 (satu) dan maksimum 5 (lima).

Teknik Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar
          Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes yaitu proses pengubahan jawaban soal tes menjadi angka dengan kata lain, pemberian skor merupakan tindakan kuantifikasi terhadap jawaban yang diberikan oleh testee dalam suatu tes. Seterusnya angka – angka hasil tes tersebut diubah menjadi nilai melalui proses tertentu, penggunaan symbol un tuk menyatakan nilai tersebut dapat dalam bentuk angka maupun huruf.
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut baik tes uraian maupun objektif.
1.      Pemberian skor pada tes uraian
         Pada tes uraian ini, pemberian skor umumnya mendasar pada bobot soal yang diberikan pada setiap butir soal, atas dasar tingkat kesulitan atau banyak sedikitnya unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap jawaban paling benar.
        Sebagai contoh misalkan tes subyektif memberikan lima butir soal, pembuat soal (tester) telah menetapkan bahwa kelima butir dari soal tersebut mempunyai derajat kesukaran yang sama dan unsure yang terdapat pada setiap butir soal telah dibuat sama banyaknya, maka atas dasar itu tester dapat menetapkan bahwa setiap jawaban yang dijawab oleh testee benar diberikan skor maksimum 10 jika hanya benar setengahnya maka diberi 5 dan apa bila tidak menyangkut sama sekali diberi skor 0 dan seterusnya.
2.      Pemberian skor pada tes obyektif
        Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:
·         Untuk tes obyektif ben true-false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
       Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua macam rumus yaitu:
Ø  Rumus yang memperhitungkan denda yaitu:
   S = R - W dibagi o - 1
    Dimana :
S = skor yang dicari               
R = jumlah jawaban benar           
W = jumlah jawaban salah   
O = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah
1 = bilangan konstan 
Ø rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu :
    S = R
·         sedangkan untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga rumus yang digunakan yaitu :
         S = R
·         adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu dari dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak memperhitungkan denda.
Ø  Rumus perhitungan skor dengan memperhitungkan denda :
             S = R - ( W dibagi o - 1 )
Ø  Sedangkan untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu:
               S = R

1 komentar:

  1. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat "Salam dari PP. Al Falah Sukamaju Babat Supat Mu-Ba dan STAI Rahmaniyah Kampus D Sungai Lilin Palembang.

    BalasHapus

Tentang Blog Ini

Blog ini di buat pada bulan December 2011